Jumat, 06 Mei 2011

KANALISASI KALIMANTAN ERA BELANDA, SOEKARNO DAN SOEHARTO


Oleh : Wijanarka
Terbit Dalam Harian Kalteng Pos, November 2008 

Kanal pernah dipakai oleh Belanda maupun pemerintah Soekarno dalam menciptakan sistem transportasi di bagian hilir Kalimantan. Bahkan kanal dipakai juga oleh Pemerintahan Soeharto ketika Proyek Lahan Gambut (PLG) Sejuta Hektar di Kalteng dilaksanakan.
Berawal ketika Belanda berhasil menguasai Banjarmasin. Untuk dapat berexpansi keseluruh Kalimantan, kanal dipakai guna membangun sistem transportasi di bagian hilir Kalimantan. Adalah JJ Meijer (1880), penguasa saat itu menggagas dibuatnya kanal (anjir / handil) Serapat. Gagasan ini direalisasikan oleh Broers dan kanal Serapat selesai dibuat pada tahun 1890. Kanal Serapat yang menghubungkan Sungai Barito dan Sungai Kapuas (Kalteng) ini dibangun dengan lebar 30 meter, panjang 28 km dan kedalamannya 3 meter.  Dalam perkembangannya, Morggenstorm pengusasa saat membangun kanal lagi dan di tahun 1938, kanal Tamban sepanjang 32 km selesai dibangun.
Di era kemerdekaan, pemerintahan Soekarno merencanakan Trans Kalimantan bagian hilir melalui  Program Proyek Kanalisasi. Tahap pertama Program Proyek Kanalisasi ini adalah dengan membangun Kanal Raksasa yang akan menghubungkan wilayah Kalimantan Selatan hingga Kalimantan Barat (waktu itu Kalimantan Tengah masuk wilayah Kalimantan Selatan). Namun pada akhirnya,  Proyek Kanalisasi Nasional ini tidak terealisasi sepenuhnya. Produk Proyek Kanalisasi Nasional adalah kanal Basarang dan kanal Kelampan yang selesai dibangun tahun 1950. Kedua kanal ini menghubungkan sungai Kapuas dan sungai Kahayan. Keberhasilan dua proyek ini oleh Soekarno diuji coba untuk dilalui ketika Soekarno akan memancangkan Tiang Pertama Pembangunan Kota Palangka Raya tahun 1957. Selain itu, dua kanal juga dibuat,  yaitu kanal Balandean (1961) dan kanal Berangas (1965).
Di era Pemerintahan Orde Baru, Pemerintahan Soeharto lebih menfokuskan jalan darat daripada jalan air dalam program Trans Kalimantan. Akan tetapi ketika dicanangkan PLG, kanal juga dipakai dalam mengembangkan lahan tersebut. Di era pemerintahan Soeharto ini tepatnya pada tahun 1996,  Ide Soekarno yang waktu itu akan membuat kanal raksasa, oleh pemerintah Soeharto pada bagian antara Sungai Sabangau dan Sungai Kahayan direalisasikan (sekitar 1 km). Bahkan dalam PLG tersebut pada bagian paling utaranya  telah dibuat kanal yang menghubungkan  sungai Kahayan - sungai Kapuas – sungai Mantangai – sungai Mangkatip (sekitar 81 km).
Dalam perkembangan kanalisasi di Kalimantan tersebut, ternyata sejarah pernah merencanakan adanya kanal raksasa yang akan menghubungkan Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah hingga Kalimantan Barat (Banjarmasin hingga Pontianak). Dengan adanya rencana ini berarti dari Propinsi Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah  hingga Propinsi Kalimantan Barat akan ada  rencana minimal sebelas kanal raksasa yang menghubungkan dua belas sungai besar di tiga propinsi tersebut. Ke sebelah kanal yang dimaksud adalah pertama,  kanal penghubung  Sungai Barito - Sungai Kapuas (Kalteng). Kedua, kanal penghubung  S Kapuas - S Kahayan. Ketiga, kanal penghubung S. Kahayan - S Sabangau. Keempat, kanal penghubung  S Sabangau - S Katingan. Kelima, kanal penghubung  S Katingan - S Mentaya. Keenam, kanal yang penghubung S Mentaya - S Seruyan. Ketujuh, kanal penghubung S Seruyan - S Lamandau. Kedelapan, kanal penghubung S Lamandau - S Kendawangan. Kesembilan, kanal penghubung S Kendawangan - S Pawan. Kesepuluh, kanal penghubung S Pawan - S Kapuas (di Kalbar). Dan yang kesebelas adalah kanal penghubung S Kapuas - S Landa.
 Dari tiga era pemerintahan tersebut, dua kanal penghubung S Barito - S Kapuas (Kalteng) telah dibangun oleh Belanda. Pada era pemerintahan Soekarno, empat kanal juga telah dibangun. Dalam peta terbitan Army Map Service Corps Of Enginering tahun 1964 terlihat juga rencana kanal yang menghubungkan sungai Mentaya dengan sungai Katingan dan rencana kanal yang menghubungkan sungai Katingan menuju sungai Sebangan (Sabangau).  Selain itu, dalam peta terbitan Army Map Service Corps Of Enginering tahun 1968 terlihat juga rencana kanal yang menghubungkan sungai Kahayan (dari muara anjir Basarang – sungai Kahayan) menuju sungai Sabangau. Dan dalam perkembangannya, pada era pemerintahan  Soeharto, dua kanal penghubung dua sungai juga telah dibangun.
Dengan demikian meskipun terdapat era pemerintahan yang berbeda, ternyata kesinambungan gagasan kanal di Kalimantan tercipta meskipun belum seluruhnya. Namun demikian, secara lokasinya, penempatan kanal tiga era tersebut ada perbedaannya. Kanal era pemerintahan Belanda dan Sukarno dibangun cenderunng pada bagian hilir Kalimantan. Oleh karenanya hingga kini, fungsi kanal sebagai jalur transportasi sungai sebagian besar masih tercipta (hanya kanal Basarang kini jarang dilalui kapal sehingga airnya selalu tenang. Hal dikarenankan oleh adanya jalan darat trans Kalimantan yang dibangun sekitar 50 meter ditepinya). Kondisi ini didukung pula oleh adanya budaya bermukim tepi sungai yang masih dominan pada bagian hilir Kalimantan. Sedangkan kanal era pemerintahan Soeharto dibangun cenderung pada bagian tengah Kalimantan dan memotong kubah gambut, sehingga fungsi kanal sebagai jalur transportasi air tidak optimal. Kondisi ini didukung pula oleh pengembangan permukiman-permukiman bagian tengah Kalimantan yang cenderung direncanakan meninggalkan budaya bermukim tepi sungai.
Dengan adanya pembangunan kanal-kanal terebut apakah mengindikasikan bahwa kanal memang tepat dipakai sebagai penghubung daerah-daerah di bagian hilir Kalimantan?. Apakah kanal dinilai memang lebih efektif dan efisian dari pada jalan darat guna menghubungkan   daerah - daerah di bagian hilir Kalimantan ?,. mengingat struktur tanah dibagian hilir Kalimantan yang labil sehingga perlu penanganan teknologi jalan darat yang lebih mahal (Mungkin, melalui kanal-kanal tersebut, dengan speed boat, Banjarmasin Sampit dapat ditempuh dalam waktu sekitar 5 jam). Apakah dengan kanal tersebut  juga akan berperan dalam pelestarian dan pengembangan budaya bermukim tepi sungai di bagian hilir Kalimantan ?.  
Kini, dari kesebelas kanal penghubung sungai besar di tiga propinsi di Kalimantan ini, baru tiga kanal yang terealisasi sehingga masih ada delapan kanal penghubung sungai besar yang belum terealisasi.  Akankan, era pemerintahan-pemerintahan selanjutnya akan meneruskan kesinambungan gagasan kanal di bagian hilir Kalimantan sehingga nantinya tercipta kanal yang menghubungkan Kalimantan Selatan, Kalimantan Tengah hingga Kalimantan Barat ?.

1 komentar: