Model perumahan bantaran sungai tadah hujan untuk kawasan perkotaan di bagian tengah Kalimantan ini memanfaatkan lahan bekas permukiman PU Bawah yang habis terbakar pada bulan Juni 2003 (hanya menyisakan Ruko di sepanjang Jl. S Parman). Oleh karenanya site berada di bantaran sungai Kahayan. Ditinjau dari peletakan site terhadap kota Palangkaraya, site perumahan ini berada di sebelah tenggara Monumen Peletakan Batu Pertama Pembangunan Kota Palangkaraya yang mana direkomendasikan kawasan sekitar monumen tersebut (sampai batas tertentu) direncanakan sebagai Taman Kota dengan klimak monumen. Didepan monumen terdapat bangunan bersejarah dan kini merupakan gedung DPRD Propinsi Kalteng. Dibelakang gedung DPRD tersebut terdapat Istana Gubernur dengan muka bangunannya berupa Bundaran Besar dan Jl, Yos Sudarso. Apabila as bangunan-bangunan tersebut ditarik garis lurus, maka akan membentuk sumbu imajiner kota yang menghubungkan Monumen dengan Jakarta. Oleh karenanya, lokasi site perumahan ini berada di sekitar sumbu imajiner Palangkaraya.
A. KONSEP DESAIN
1. Konsep Kawasan.
Pola dasar desain kawasan mengacu pada pola Ruko yang telah ada. Dari pola Ruko ini, konsep kawasan dibentuk. Bentuk perumahan adalah petak-petak dengan celah antar Ruko sebagai dasar desain. Dari celah antar Ruko ini dibentuklah konsep waterfront yang akan tercipta saat musim penghujan. Oleh karenanya, dari Jl. S Parman, melalui celah Ruko ini konsep keairan dapat terlihat. Dengan konsep ini, dimusim penghujan, aktifitas yang memanfaatkan air seperti hilir mudik jukung (perahu) dan pemeliharaan ikan dalam keramba tercipta. Bila musim kemarau tiba, konsep waterfront tercipta oleh pemandangan air surut maximal sungai Kahayan yang dapat dilihat dari Jl. S Parman melalui celah antar Ruko. Dimusim kemarau ini, celah antar modul desain akan berupa daratan sehingga kegiatan dengan memanfaatkan daratan seperti bercocok tanam, bermain dan berolah raga tercipta.
2. Konsep Rumah.
Rumah yang ditawarkan bertipe dua yaitu Tipe 24 dengan luas lahan pengembangan 36 m2 dan Tipe 42 dengan luas lahan pengembangan 72 m2. Dengan luas lahan pengembangan ini, diarahkan pengembangan rumah ke arah vertikal. Oleh karenanya, dalam desain awal mula ini telah disiapkan tumpuan untuk konstruksi lantai yang akan dibangun oleh penghuni. Selain itu, lahan belakang (antara bangunan besar dan kecil, lihat gambar), juga dapat dimanfaatkan untuk pengembangan. Dengan konsep ini diharapkan wajah muka bangunan tetap terjaga keasliannya. Secara interior, pengembangan interior terutama peletakan furniturnya dikembangkan sendiri oleh penghuni. Oleh karenanya penghuni bebas berexpresi dalam pengembangan desain interior. Secara bahan bangunan, seluruh elemen arsitektural memanfaatkan kayu yang merupakan bahan lokal di Kalimantan. Dan bila dipandang secara desain, desain rumah mengacu pada citra arsitektur Dayak dengan menampilkan warna-warna Dayak.
B. KONSEP FASILITAS LINGKUNGAN
Agar tercipta lingkungan permukiman yang sehat, disiapkan lahan untuk pembangunan fasilitas lingkungan. Lokasi peletakan fasilitas lingkungan ini didasari oleh keberadaan pasar tadisional baik sebelum maupun sesudah kawasan ini terbakar. Selain itu, aksesibilitas terhadap Ruko existing juga menjadi dasar peletakan fasilitas lingkungan. Oleh karena itu, dalam pengembangannya, pasar tradisional tetap akan dibangun pada sebagian kecil (mungkin sepertiganya) lahan yang dipersiapkan untuk fasilitas lingkungan. Dan sisanya diharapkan akan dikembangkan oleh para penghuni sehingga sisa yang duapertiganya ini berfungsi sebagai fasilitas sosial maupun fasilitas umum, atau fasilitas lainnya sesuai kesepakatan hasil rembuk warga para penghuni.
C. KONSEP UTILITAS
1. Utilitas kawasan.
Agar sehat dan untuk mengantisipasi bahaya kebakaran, utilitas yang diadakan dalam permukiman adalah jaringan air bersih dari PDAM, jaringan air kotor (bukan tinja), jaringan pembuangan sampah, jaringan listrik, jaringan pemadam kebakaran dan wadah untuk jaringan telepon. Seluruh jaringan (kecuali jaringan pembuangan sampah) peletakannya diletakkan sejajar dengan jalan lingkungan (jembatan titian kayu). Untuk jaringan air bersih dari PDAM, jaringan air kotor (bukan tinja), jaringan listrik, dan wadah untuk jaringan telepon, peletakannya diletakkan dibawah jalan lingkungan. Secara teknik peletakannya diletakkan sedemikian rupa sehingga tidak tersentuh air saat air sungai Kahayan mencapai titik ketinggian maximal. Untuk jaringan pemadam kebakaran, pada titik-titk tertentu dalam jalan lingkungan diadakan hidrand. Sedangkan untuk jaringan pembuangan sampah, peletakannya diletakkan di ruang komunal dengan cara menyediakan bak-bak sampah pada tiap-tiap unit rumah. Untuk selanjutnya, sampah dianggkut untuk dibuang di tempat pembuangan akhir sementara yang peletakannya berada di sekitar kawasan permukiman.
2. Utilitas rumah.
Dalam tiap unit rumah, utilitas yang disiapkan jaringan air bersih dari PDAM, jaringan air kotor baik air kotor rumah tangga maupun tinja dan jaringan listrik. Untuk jaringan air kotor berupa air kotor rumah tangga, diadakan dengan menyiapkan pipa-pipa pembuangan ke drainase lingkungan (pada jalan lingkungan). Sebelum sampai di pertemuan antara pipa-pipa tersebut dengan drainase lingkungan, pada titik tertentu disiapkan bak penyaring sehingga kadar diterjen menjadi minimal sebelum masuk ke drainase lingkungan. Sedangkan untuk jaringan air kotor berupa tinja, diadakan dengan penyiapkan septiktank. Septiktank ini ditanam pada bantaran sungai dengan tetap memperhatikan tinggi air sungai maximal sehingga bagian ats septiktank tidak teremdam air saat air sungai maximal.
D. MODEL PERUMAHAN BANTARAN SUNGAI TADAH HUJAN UNTUK
KAWASAN PERKOTAAN DI BAGIAN TENGAH KALIMANTAN
Palangka Raya merupakan salah satu kawasan perkotaan di bagian tengah Kalimantan yang sengaja direncanakan perkembangannya. Kesengajaan perencanaan ini telah mengakibatkan adanya perumahan di bantaran sungai (tepatnya di sungai Kahayan) yang berkembang akibat adanya struktur jalan titian yang dibangun oleh pemerintah. Akan tetapi dengan adanya struktur jalan titian tersebut telah mengakibatkan bentuk perumahan di bantaran sungai rawan terhadap bahaya kebakaran. Oleh karenanya, dengan adanya struktur jalan titian tersebut, bencana kebakaran sering terjadi di perumahan bantaran sungai.
Memperhatikan karakteristik persungaian di bagian tengah Kalimantan yang cenderung memiliki sifat yang sama yaitu sungai tadah hujan dan memperhatikan kawasan perdesaan di bagian tengah Kalimantan yang cepat atau lambat direncanakan secara sengaja akibat berubah fungsi sebagai kawasan perkotaan serta guna mengantisipasi berkembangnya perumahan dibantaran sungainya, model perumahan tersebut diatas dapat dipakai sebagai alternatif model perumahan di bantaran sungai tadah hujan bagi kawasan perkotaan di bagian tengah Kalimantan
Peta exsisting tahun 1997. Garis hijau menunjukkan area Monumen Peletakan Batu Pertama Pembangunan Kota Palangka Raya. Garis merah menunjukkan lokasi tapak. Bulan Juni 2003, perumahan tersebut terbakar. Konsep rencana tapak
Rencana tapak
Denah Tipe 24
Axonometri Tipe 24
Tampak Tipe 24
Potongan Tipe 24
Suasana ruang komunal di siang hari, dapat dimanfaatkan untuk jemur pakain & area bermain.
Suasana ruang komunal di malam hari. Bila ada acara pernikahan, khitanan dan pengajian, dapat memanfaatkan ruang ini.
Denah Tipe 42Axonometri Tipe 42
Tampak Tipe 42
Potongan Tipe 42
Suasana saat musim penghujan. Dengan desain ini diharapkan perahu dapat merapat di Jl. S Parman.
Suasana bila musim kemarau. "Kanal" bisa dimanfaatkan sebagai area bermain. Dan bila terjadi kebakaran, "kanal" ini dapat difungsikan sebagai jalur mobil pemadam kebakaran
Axonometri keseluruhan
Mantap kalo jadi pesan 1 lah ...Tks
BalasHapus